Tuesday, October 10, 2017

2 - Inilah 5 Klaim Palsu si 'Ilmuwan' Palsu Indonesia Dwi Hartanto No 3 Sungguh Mengejutkan!!




3. Memenangi Lomba Antar Agensi Antariksa Dunia

Dalam berita yang dirilis Liputan6.com medio Juni 2017 lalu, Dwi Hartanto mengaku telah memenangi lomba riset teknologi antar agensi antariksa dunia yang digelar di Jerman.

Namun nyatanya, "Saya mengakui bahwa ini adalah kebohongan semata. Saya tidak pernah memenangkan lomba riset teknologi antar space agency di Jerman pada 2017."

Ia juga mengakui bahwa sejumlah teknologi yang sempat dimuat dalam berita Liputan6.com adalah fiktif.

"Teknologi 'Lethal weapon in the sky' dan klaim paten beberapa teknologi adalah tidak benar dan tidak pernah ada," lanjutnya.

"Saya memanipulasi template cek hadiah yang kemudian saya isi dengan nama saya disertai nilai nominal 15.000 euro, kemudian berfoto dengan cek tersebut. Foto tersebut saya publikasikan melalui akun media sosial saya dengan cerita klaim kemenangan saya."


4. Merancang Jet Tempur

Sementara itu, dalam berita yang dirilis Liputan6.com medio Juni 2017 lalu, ia tengah mengembangkan pesawat tempur dan teknologi teranyar sepitar kedirgantaraan militer.

Namun, dalam surat permohonan maaf dan klarifikasi, Dwi menjelaskan, "Informasi mengenai saya bersama tim sedang mengembangkan teknologi pesawat tempur generasike-6 adalah tidak benar. Informasi bahwa saya (bersama tim) diminta untuk mengembangkan pesawat tempur EuroTyphoon di Airbus Space and Defence menjadi EuroTyphoon NG adalah tidak benar."


5. S1 di Indonesia, Bukan di Jepang

Dalam suatu kesempatan, Dwi Hartanto mengaku menamatkan program sarjananya di Tokyo Institute of Technology Jepang. Namun sesungguhnya, ia meraih gelar S1 di Institut Sains dan Teknologi Akademi Perindustrian (1ST AKPRIND) Yogyakarta.

Ia kemudian meraih beasiswa yang didanai oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI untuk mengenyam pendidikan master di Belanda.

Namun, pada sebuah klaim, Dwi mengaku sebagai penerima beasiswa dari pemerintah Belanda. 

Akan tetapi, kenyataannya ia mengklarifikasi, "Tidak benar bahwa kuliah program Master (S2) saya dibiayai oleh pemerintah Belanda. Kuliah S2 saya di TU Delft dibiayai oleh beasiswa yang dikeluarkan oleh Depkominfo, Republik Indonesia."

Surat yang berisi permohonan maaf dan klarifikasi Dwi Hartanto dapat dibaca dari laman elektronik resmi Perhimpunan Pelajar Indonesia di Delf, Belanda (ppidelf.net).


Disqus Comments